Senin, 20 September 2010

Saladin

berita
Patung untuk mengenang Saladin di Damaskus, Suriah (Foto: Wikipedia)

Nama Salahuddin Ayyubi identik dengan Perang Salib. Panglima perang dengan kepemimpinan yang bijak itu adalah pahlawan besar Islam, yang juga dihormati di dunia Barat.

Saladin, begitu dia dikenal di Barat, adalah pejuang Kurdi dari Tikrit (utara Irak saat ini) yang hidup pada 1138-1193. Dia menyatukan kembali Mesir, Suriah, dan Mesopotamia (Irak), serta terkenal dengan kesuksesannya mengusir Pasukan Salib Eropa keluar dari Yerusalem. Pasukan Salib adalah manifestasi pertama imperialisme Eropa.

Saladin dilahirkan dari keluarga Kurdi yang terkemuka. Pada malam kelahiran Saladin, ayahnya, Najm ad-Din Ayyub, mengumpulkan keluarganya dan pindah ke Aleppo. Di sana, ayahnya mengabdi kepada Imaduddin Zangi bin Aq Sonqur, gubernur Turki yang berkuasa di Suriah utara.

Tumbuh di Balbek dan Damaskus, Saladin awalnya tak berbeda dengan anak muda kebanyakan, lebih banyak mempelajari agama daripada memperoleh latihan militer. Namun, panglima perang bernama asli Salahuddin Yusuf ini mempersatukan dan memimpin dunia Muslim pada 1187, merebut kembali Yerusalem untuk Muslim setelah mengalahkan Raja Yerusalem dalam Perang Hattin di dekat Danau Galilee.

Ketika pasukannya memasuki kota Yerusalem, mereka tidak diizinkan untuk membunuh orang sipil, merampok, atau menghancurkan kota. Menjelang penyerbuan ke Yerusalem itu, Saladin memberi kesempatan kepada penguasa Kristen untuk mempersiapkan diri agar bisa melawan pasukannya dengan terhormat. Saladin pun tak menjadikan warga Nasrani sebagai budak, melainkan malah membebaskan sebagian besar mereka.

Kebaikan hati Saladin ini bertolak belakang ketika Pasukan Salib dari Eropa merebut Yerusalem pada 1099. Saat itu 70 ribu orang Muslim di Yerusalem dibantai, sementara sisa-sisa warga Yahudi digiring ke sinagog dan dibakar.

Orang-orang Kristen dari barat Eropa terheran-heran dengan kesuksesan Saladin merebut Yerusalem. Paus Gregory VIII kemudian memerintahkan pasukan salib yang lain untuk mendapatkan kembali Yerusalem untuk Kristiani. Ini adalah awal Perang Salib Ketiga. Perang ini dipimpin oleh Richard I (Richard the Lionheart), Kaisar Frederick Barbarossa dari Jerman, dan Raja King Philip II dari Prancis. Mereka adalah tiga tokoh penting di barat Eropa. Perang ini berlangsung antara 1189-1192.

Saladin dan Richard the Lionheart adalah dua nama yang mendominasi kisah-kisah Perang Salib. Salah satu kisah yang membuktikan kelembutan hati Saladin adalah ketika Richard jatuh sakit di tengah-tengah masa pertempuran. Bukannya memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang, Saladin justru mengirimkan dokter untuk Richard, juga buah pir yang dikemas dalam salju.

Itulah Saladin. Selain dikagumi di kalangan Muslim, dia memiliki reputasi besar di kalangan Kristen Eropa. Kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.

Sepanjang berjuang, Saladin selalu membawa sebuah peti yang tertutup rapat. Banyak yang menyangka isi peti itu adalah batu permata atau barang-barang berharga lainnya. Namun, ketika Saladin wafat pada 4 Maret 1193 dan peti itu dibuka, ditemukan sehelai surat wasiat dan kain kafan, serta segumpal tanah.

Dalam suratnya Saladin berpesan, "Kafankanlah aku dengan kain kafan yang pernah dibasaih air zam-zam ini, yang pernah mengunjungi Kakbah yang mulia dan makam Rasulullah. Tanah ini adalah sisa-sisa perang. Buatlah kepalan untuk alas kepalaku di dalam kubur." (jri)

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line