Senin, 20 September 2010

Abu Dzar, Pembasmi Korupsi Pecinta Kaum Papa

berita
(Ilustrasi: ecotality.com)

Di Lembah Waddan yang menghubungkan Makkah dan dunia luar, tinggallah suku Ghifar. Suku itu hidup mengandalkan sedikit pemberian kafilah perdagangan Quraisy yang melintas antara Syam (kini Suriah) dan Makkah.

Sering pula mereka hidup dengan menggerebek kafilah yang tidak memenuhi kebutuhan mereka. Jundub bin Junadah alias Abu Dzar adalah anggota suku tersebut. Dia dikenal karena keberanian, ketenangan, pemikiran yang jauh, dan juga kebenciannya pada pemujaan berhala.

Suatu ketika, saat dia berada di gurun Waddan, kabar tentang hadirnya seorang nabi baru di Makkah sampai ke telinganya. Dia sangat berharap kehadiran sosok nabi itu akan membantu mengubah hati dan pikiran masyarakat dan membawa mereka keluar dari kegelapan takhayul.

Tanpa banyak membuang waktu, dia memanggil saudara lelakinya, Anis, dan berkata kepadanya: "Pergilah ke Makkah dan carilah informasi apapun yang kamu bisa mengenai lelaki yang mengklaim dialah rasul dan wahyu datang kepadanya dari surga. Dengarkan apa yang dia katakan, dan ceritakan kembali kepadaku."

Anis pergi ke Makkah dan bertemu Nabi Muhammad SAW. Dia mendengarkan apa yang dikatakan, dan kembali ke gurun Waddan. Abu Dzar yang tak sabar langsung menanyakan ucapan sang nabi.

"Saya telah melihat seorang lelaki," lapor Anis. "Dia menyeru orang-orang untuk berbuat baik. Kata-katanya jelas, dan bukan syair."

"Apa yang orang bilang tentang dia?" tanya Abu Dzarr.

"Mereka bilang dia adalah seorang penyihir, tukang ramal, dan penyair."

"Keingintahuanku belum terpuaskan. Aku belum puas dengan hal ini. Maukah kau menjaga keluargaku ketika aku pergi dan menguji misi nabi ini?".

"Ya, tapi hati-hati dengan penduduk Makkah".

Singkat cerita, tibalah Abu Dzar di Makkah dan langsung jatuh cinta dengan ajaran Muhammad. Dia menjadi orang kelima (kisah lain menyebut keenam) yang pertama-tama masuk Islam. Tanpa keraguan bahkan dia berani mendeklarasikan agama barunya di keramaian Kota Makkah, hingga membuatnya sempat dipukuli warga Makkah ketika itu.

Abu Dzar merupakan sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Saking cintanya, Abu Dzar menyebut Nabi Muhammad dengan panggilan "khalili", yang artinya sahabatku. Yang juga menonjol dari Abu Dzar adalah kecintaannya kepada kaum papa, hingga membuatnya dijuluki sebagai "bapak kaum fakir miskin".

Abu Dzar juga dikenal gigih memberantas korupsi semenjak pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab hingga Khalifah Utsman bin Affan. Ketika dia tinggal di Damaskus yang dipimpin Gubernur Muawiyah yang bergelimang kemewahan, Abu Dzar pernah berfatwa bahwa orang Muslim tidak boleh menyimpan harta lebih dari tiga malam. Harus segera diserahkan kepada fakir miskin yang mustahiq (yang berhak).

Abu Dzar memegang betul wasiat Rasulullah. Dalam hadist yang diriwayatkan Anas bin Malik, suatu ketika Rasulullah menyapa Abu Dzar. Sambil memegang tangan Abu Dzar, Nabu berkata, "Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya di antara kedua tanganmu ada bukit penghalang. Ia sukar untuk didaki, kecuali orang yang ringan bawaaannya".

Abu Dzar bertanya "Wahai Nabi, apakah aku termasuk yang ringan atau berat bawaanku?" Nabi bertanya, "Adakah kau punya makanan untuk besok pagi?" Dijawab ada. "Untuk lusa?" Abu menjawab, tidak ada! Nabi bertutur, "Andai kau punya makanan untuk lusa. Niscaya termasuk orang yang berat bawaannya".

(Diolah dari witness-pioneer.org dan sumber lainnya) (jri)

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line