Pertanyaannya kemudian, mengapa kaum emperisis lahir di Inggris, dan bukan di Spanyol, padahal yang terakhir ini mewarisi banyak sekali ilmu pengetahuan Islam? Ketika Spanyol berhasil melakukan penaklukan kembali – atau sebetulnya lebih tepat pengusiran – orang Islam dari daratan Spanyol, mereka lalu melakukan pelayaran – dengan menggunakan sisa-sisa teknologi Islam dalam pelayaran – sampai berhasil menemukan sebuah dunia baru, yaitu Amerika. Dari dunia itu mereka membawa banyak sekali kekayaan Amerika ke Spanyol, terutama emas, yang dirampas dari orang-orang Inka. Dengan emas itu mereka menjadi sangat kaya. Tetapi, mungkin karena orang Spanyol masih punya kenangan kepada orang Islam sebagai musuh, maka mereka membuat suatu kesalahan yang fatal, yaitu tidak meneruskan ilmu pengetahuan warisan Islam. Bahkan, mereka kemudian membiarkannya pindah ke mana-mana.
Emas yang dirampas Spanyol dari Amerika kemudian dijual kepada Inggris. Uang yang diperolehnya digunakan untuk mendirikan gereja dan katedral-katedral yang megah. Sebaliknya Inggris dengan modal emas yang diperoleh dari Spanyol itu mendirikan Universitas Oxford dan Cambridge, dan kemudian mengembangkan ilmu pengetahuan. (Kita tahu bahwa negeri kita sendiri juga pernah menjadi korban percekcokan yang sengit antara Spanyol dan Inggris). Sampai sekarang Spanyol boleh berbangga dengan gereja-gerejanya yang megah, tetapi secara ekonomi mereka sebenarnya masih merupakan negara miskin. Bahkan ada kelakar bahwa Spanyol adalah “negeri copet”, karena para pencoleng dan rampok jalanan banyak berkeliaran di sana, suatu gejala yang merebak karena kemiskinan. Sementara itu, Inggris dengan ilmu pengetahuannya mengembangkan etos riset dan inovasi, termasuk mengembangkan empirisisme, dan akhirnya mereka melangkah ke zaman industri.
Sumber: Ensiklopedi Nurcholis Madjid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar