Senin, 13 September 2010

MATAHATI RAMADHAN Maaf Itu (Tidak Selalu) Indah

Oleh: Dr Abdul Mu'ti
Kamis, 09 September 2010 , 14:24:00 WIB


“MAAF itu indah.” Ungkapan ini sangat sering kita baca, terutama menjelang Idul Fitri. Betul sekali. Memaafkan adalah akhlak al-karimah, perbuatan yang terpuji.

Manusia bertaqwa adalah mereka yang memaafkan kesalahan sesamanya. ” (Manusia bertaqwa) adalah mereka yang menafkahkan rizkinya di waktu lapang dan sempit, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan sesama manusia...” (Qs. 3, Ali Imran: 134).

Istilah maaf dalam bahasa Indonesia berasal dari lafadz ”al-afwu”. Secara bahasa, maaf berarti sesuatu yang berlebih, atau menghapus suatu kesalahan. Karena itu, maaf seyogyanya sudah diberikan sebelum orang lain meminta. Sebaiknya kesalahan dihapus. Selain tidak indah, membiarkan kesalahan juga bisa menimbulkan masalah. Pemahaman ini mengisyaratkan bahwa pemaaf adalah sifat yang dimiliki oleh mereka yang berjiwa besar dan cinta keindahan.

Akan tetapi, maaf tidak selalu indah apabila pemberian maaf itu dipersyaratkan. Apabila pemberian maaf bersifat kondisional. Misalnya: ”Saya maafkan kesalahan saudara. Tetapi, di masa depan saya tidak mau lagi menjalin hubungan dengan saudara.” Maaf juga tidak indah, jika kesalahan masa lalu selalu diungkit-ungkit, pengalaman kelam di masa silam disebut berulang.

Maaf itu tidak indah jika permintaan maaf harus disampaikan secara terbuka. Misalnya, pihak yang bersalah harus meminta maaf di tujuh media cetak, tujuh televisi, tujuh radio, tujuh bahasa, di tujuh negara. Maaf tidak terlalu indah jika dilakukan secara ekslusif menurut kasta, kelas ekonomi, marga, jabatan atau strata duniawi lainnya.

Maaf itu indah, jika diberikan dengan lapang dada, ikhlas, tanpa syarat disertai komitmen bersama untuk memulai lembaran baru yang lebih baik. Terdapat empat ayat Alquran dimana perintah memaafkan diikuti langsung dengan lapang dada. ”Hendaklah kaum bangsawan dan hartawan di antara kamu tidak memutuskan bantuan kepada karib kerabat, orang miskin, dan orang yang berhijrah di jalan Allah. Seharusnya mereka memaafkan dan berlapang dada. Tidakkah mereka bahagia jika Allah mengampuni segala dosanya? Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.” (Qs. 24, an-Nur: 22).

Marilah saling memaafkan dengan tulus, cinta dan kasih. Marilah berjabat tangan dalam persaudaraan sejati dan kemanusiaan hakiki. Inilah maaf yang indah.

Penulis adalah Sekretaris PP Muhammadiyah

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line