Buya Hamka
Kelebihan lain Buya Hamka ialah kesanggupannya menyatakan pikiran dalam ungkapan modern dan kontemporer. Oleh karena itu, Buya Hamka berhasil menjalin komunikasi intelektual dengan kalangan terpelajar tanpa hambatan. Pikiran-pikirannya diterima di kalangan luas, khususnya kalangan umat Islam Indonesia yang sering diindentifikasi sebagai “kaum modernis” atau “kaum pembantu”.
Sebagai tokoh kelahiran Tanah Minang, dan lebih-lebih lagi sebagai putra seorang pendekar pembaruan yang tersohor (Dr Abdul Karim Amarullah atau Haji Rasul), Buya Hamka memang tidak dapat dilepaskan dari jiwa dan semangat pembaruan dan modernisme Islam. Tanah Minang adalah bagian dari negeri kita yang paling banyak mendapat pengaruh dari pikiran-pikiran reformasi Islam. Pengaruh itu mula-mula datang dari pemikiran “reformasi klasik” – seperti yang dibawa oleh Haji Miskin (dan kawan-kawannya) dari Hijaz (yang kemudian menyulut api Perang Padri) – yaitu pemikiran reformasi Salafiyah menurut gerakan Muhammad ibn Abd Al-Wahab dan para pendukungnya (“Kaum Wahabi”).
Tidak lama kemudian disusul pengaruh pemikiran reformasi jenis “modernis”, seperti yang dibawakan oleh mereka yang datang dari Mesir. Mereka ini mewakili gerakan triad Jamaluddin Al-Afghani, Syaikh Muhammad Abduh, dan Sayyid Rasyid Ridla. Dalam suasana yang penuh pengaruh reformasi itulah Buya Hamka hidup. Suasana reformasi itu sangat memengaruhi perkembangan pemikiran beliau sehingga mengantarkannya menjadi salah seorang tokoh pembaruan yang sangat unik dan penuh pesona.
Sumber: Ensiklopedi Nurcholish Madjid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar