Senin, 20 September 2010

Al-Kindi Filosof Islam Mula-Mula

-
berita
Al Kindi (Ist)
Sebagian besar umat, khususnya mereka yang berada di bawah naungan ideologi Jamaah dan Sunnah, semula cukup enggan, kalau tidak memusuhi, terhadap Hellenisme itu. Tapi secara umum terdapat banyak kaum Muslim yang mempelajari pikiran-pikiran asing itu dengan tekun, disertai kematapan beragama dan kepercayaan kepada diri sendiri secukupnya. Mereka ini, dengan kebebasan berpikir yang masih lebih besar lagi daripada kaum Mu'tazilah, mengembangkan falsafah itu dan memberi watak keislaman kepadanya. Maka lahirlah suatu disiplin ilmu dalam khazanah intelektual Islam yang secara teknis disebut falsafah. Dari kalangan mereka ini tumbuh kelompok baru kaum terpelajar Muslim, yaitu al-falasifah (kaum failasuf), suatu penamaan khusus kepada kaum inteletual Muslim yang sangat terpengaruh oleh falsafah Yunani.

Di antara para failasuf itu yang mula pertama secara sistematis mempopulerkan falsafah Yunani di kalangan umat ialah Abu Ya`qub ibn Ishaq Al-Kindi (w, sekitar 257 H/870 M). Al-Kindi secara khusus dikenal sebagai failasuf bangsa Arab (faylasuf al-Arab), tidak saja dalam pengertian etnis (ia berasal dari daerah selatan Jazirah Arab, suku Kindah, maka disebut Al-Kindi), tapi juga dalam pengertian kultural. Ia menghidangkan falsafah Yunani kepada kaum Muslim setelah pikiran-pikiran asing dari arah Barat itu “diislamkan”, jika tidak boleh disebut “diarabkan”.

Al-Kindi diketahui sebagai seorang penulis yang ensiklopedis dalam falsafah dan ilmu pengetahuan. Banyak dari karyanya yang hilang, tapi dari yang tersisa sebagiannya telah diterbitkan. Sampai dimana Al-Kindi berhasil menjinakkan pikiran pagan dari Yunani itu, dapat sepintas lalu kita ketahui dari dua risalah pendeknya. Risalah pertama jelas dibuat untuk menopang ajaran pokok Islam tentang Tauhid, tapi dengan sepenuh-penuhnya menggunakan sistem argumentasi falsafah. Namun dari situ juga kita ketahui bahwa Al-Kindi, sejalan dengan pikiran Islam yang ada, khususnya yang dalam bentuk sistematisnya terwakili dalam ilmu kalam. Mu`tazilah, dengan tegas menolak paham Aristoteles tentang keabadian alam. Sedangkan risalahnya yang kedua merupakan tulisan paling dini oleh pemikir Muslim mengenai akal atau intelek. Dalam risalah ini Al-Kindi mengatakan sebagai hanya menuturkan pendapat “orang-orang Yunani kuno yang terpuji”, khususnya Aristoteles, mengenai akal itu.

Sumber: Ensiklopedi Nurcholis Madjid

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line