Pada waktu beliau baru dilantik sebagai khalifah, orang-orang terkemuka menyediakan kendaraan mewah untuknya, dihamparkan permadani indah untuk menghormatinya. Beliau langsung memanggil bendahara negara seraya berkata: “Masukan semua ini ke baitul mal (perbendaharaan negara) agar dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.
Pada tahun 99 Hijriyah, tepatnya 87 tahun setelah Nabi Muhammad saw. Wafat, umat Islam di Jazirah Arab menobatkan Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Beliau adalah keturunan dari Umar bin Khatab ra. Umar bin Abdul Aziz memiliki kepribadian yang luhur, shaleh dan taqwa kepada Allah swt. Walaupun hidup di tengah keluarga kerajaan yang diliputi kemewahan dan kesenangan duniawi, beliau tidak larut dalam suasana itu. Dikumandangkannya petunjuk dan peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah saw. yang artinya: “Bahwa setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah swt, mengenai rakyat yang dipimpinnya. Barangsiapa yang diserahi memimpin umat (rakyat), kemudian melakukan kecurangan dan terus meninggal dunia, maka Allah mengharamkan dia untuk masuk surga.“
Pada waktu beliau baru dilantik sebagai khalifah, orang-orang terkemuka menyediakan kendaraan mewah untuknya, dihamparkan permadani indah untuk menghormatinya. Beliau langsung memanggil bendahara negara seraya berkata: “Masukan semua ini ke baitul mal (perbendaharaan negara) agar dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Untuk kendaraan saya cukuplah keledai kepunyaan saya sendiri saja dan untuk perabot rumah tangga saya, cukuplah perabot yang sederhana saja.
Pada waktu diserahkan kepadanya wanita-wanita cantik yang didatangkan dari daerah untuk menjadi inang pengasuh, mengurus dan menghibur beliau sekeluarga beliau berkata: “Kembalikan wanita-wanita ini kepada keluarganya dan negeri asalnya, bagiku cukup istri dan anak-anakku menjadi pelayan dan penghiburku. Ketahuilah bahwa saya ini sebagai khalifah akan dituntut dan harus mempertanggung jawabkan semua ini nanti kepada Allah swt.”
Sewaktu beliau pertama kali memasuki majelis kerajaan, tiba-tiba hadirin berdiri menghormati kehadirannya, ia menolak dan meminta hadirin tetap duduk. Dalam pidato pertama di majelis itu beliau berkata: “Barang siapa yang ingin berteman dengan kami, hendaklah dia membantu kami melaksanakan lima hal, yaitu :
Menyampaikan kebutuhan atau kepentingan orang-orang yang tidak dapat atau tidak sanggup menyampaikannya dengan langsung kepada kami, sehingga tidak ada satupun kebutuhan rakyat yang tidak diketahui dan diabaikan.
Menunjukkan kepada kami keadilan yang belum kami ketahui
Hendaklah menjadi pembantu kami dalam menegakkan kebenaran.
Menunaikan amanat kepada kami dan seluruh rakyat, terutama kepada Allah swt.
Jangan mengumpat atau mencerca seseorang di hadapan kami.
Barang siapa tidak dapat melakukan semua itu, maka kami merasa keberatan, bersahabat dengan mereka dan diharapkan jangan lagi masuk dalam lingkaran kami.”
Salah satu pidato kenegaraan yang pernah diucapkan khalifah Umar bin Abdul Aziz ialah:
“Ingatlah saudara-saudara bahwa kami telah mengangkat beberapa pengawal kami, dan kami tidak mengatakan bahwa orang-orang itu termasuk orang-orang pilihan yang terbaik diantara kamu, tetapi kami anggap bahwa mereka itulah yang lebih baik dari orang-orang yang lebih jelek dari golongan mereka. Ingatlah barang siapa merasa dizhalimi oleh pembesar negerinya, maka ia boleh masuk ke tempatku kapan saja untuk menyampaikan hal itu tanpa menantikan izin masuk terlebih dahulu, bila tidak suka melaporkannya, lebih baik kami tidak melihat orang itu.”
Betapa makmur dan jayanya negara pada waktu itu dibawah pimpinan Umar bin Abdul Aziz. Dapatlah kita bayangkan dari cerita salah seorang anak Zaid bin khattab sebagai berikut: “Sebelum Khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia, keadaan negara dan rakyat dalam keadaan kemakmuran dan kejayaan, bebas dari kemiskinan, sehingga sukar untuk mencari fakir miskin yang berhak menerima zakat walaupun ke dusun-dusun. Meskipun demikian di waktu khalifah menghembuskan nafasnya yang terakhir, sesudah dua setengah tahun memerintah, tidak meninggalkan apa-apa untuk anak isterinya. (As)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar