Selasa, 18 Agustus 2009

Puasa--Sebuah Jembatan Emas



Kusmayanto Kadiman
(Menteri Negara Riset dan Teknologi)

Saudara saudara, apakah yang dinamakan merdeka?'' tanya Soekarno berapi-api di hadapan 30 orang lebih anggota Badan Pemeriksa Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Lalu, Soekarno menjawabnya sendiri. ''Tak lain tak bukan ialah suatu jembatan, satu jembatan emas--di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat--di seberang jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.'' Dalam salah satu khotbahnya, Rasulullah SAW yang diceritakan Salman Al-Farisi berkata, "Dan, ia (Ramadhan) adalah bulan yang awalnya merupakan rahmat, pertengahannya merupakan ampunan, dan akhirnya sebagai pembebas dari api neraka." (HR Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah).

Dari cuplikan pidato yang membakar semangat dari presiden Soekarno dan hadis Rasulullah SAW yang menyejukkan di atas, marilah kita petik maknanya. Bukan hanya yang tersurat kita cermati, kita sibak yang tersurat untuk memahami apa yang tersirat. Kita kaitkan semangat yang dibakar presiden Soekarno dengan hikmah serta pahala yang akan kita raih dari ibadah suci di bulan Ramadhan ini.

Pidato Soekarno jelas menggelorakan pentingnya status merdeka bagi masyarakat Indonesia, merdeka dari penjajahan yang mengungkung. Kemerdekaan adalah jembatan emas bagi kita untuk bebas menentukan keinginan kita sebagai bangsa yang selama masa penjajahan Belanda dan Jepang tidak ada di tangan kita. Enam puluh empat tahun kemudian, sejak Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, kita telah menyeberangi jembatas emas yang kita impikan itu. Kini, kita sudah berada di seberang sudah bebas merdeka. Kini, pasti sering kita mendengar suara dengan nada bertanya yang mengiang di kuping dan di hati kita--sudahkah mimpi para pejuang kemerdekaan itu menjadi kenyataan? Aku yang telah melintas di jembatan emas itu, apa yang sudah aku lakukan di tanah impian ini? Sejauh mana cita gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi yang dikumandangkan presiden Soekarno itu telah kita gapai?

Walau pertanyaan-pertanyaan tersebut terkesan hanya relevan untuk mengisi perayaan Hari Kemerdekaan RI, di bulan suci ini mari kita cari relevansinya dengan ibadah puasa yang diamanahkan-Nya pada kita di Ramadhan. Bulan yang begitu didambakan ketibaannya oleh seluruh umat Islam sedunia. Jika dalam menunaikan ibadah haji, umat Islam begitu berbahagia karena wujud Ka'bah menjadi semacam media untuk kita menemui Allah Sang Pencipta, bahkan tak jarang isak tangis spontan menyertai kebahagiaan tersebut. Kita juga bahagia dapat peluang mengunjungi berbagai situs dan artefak yang menggambarkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan syiar Islam. Di bulan Ramadhan ini, akan ada dua jenis kebahagian yang akan kita temui--kegembiraan menyambut ketibaan saat berbuka puasa dan saat kegembiraan menjumpai Sang Maha Pengasih kala melaksanakan shalat wajib, shalat sunah, serta tarawih berjamaah yang dilengkapi zikir dan wirid memuji Allah Sang Khalik serta memanjatkan salam dan shalawat bagi junjungan kita Rasulullah. Berbagai harapan digantungkan untuk diraih di bulan yang dijanjikan Tuhan Maha Penyayang dalam Alquran, khususnya surah Alqadr yang menggambarkan bulan yang begitu ditinggikan derajatnya dan disebutkan untuk setiap ibadah kita yang mendapat ridha-Nya di bulan ini, maka ibadah tersebut bernilai 1000 kali lebih baik dibandingkan dilakukan pada bulan-bulan lain. Bahkan, dalam bulan Sya'ban yang mendahului bulan Ramadhan ini, kita dalam sujud dan sesudah shalat berdoa supaya diberi-Nya kemudahan, kelancaran ibadah, kekuatan, dan panjang umur agar saat kita diberi-Nya peluang memasuki gerbang Ramadhan kita siap malaksanakan amanah-Nya sepenuh jiwa dan raga. Syawal yang menjanjikan kemurnian dan kesucian kita sebagai makhluk ciptaan-Nya tidak akan sukses kita dapatkan jika tidak mampu kita melintas sebulan penuh di Ramadhan ini. Salah satu tafsir dari Syawal adalah peningkatan (to lift atau to carry dalam bahasa Inggris). Ramadhan adalah jembatan emas yang mengantarkan kita ke gerbang kemenangan--Syawwal.

Penilaian kualitas puasa di bulan suci Ramadhan dijadikan-Nya begitu istimewa seperti yang dapat kita simak dalam sebuah hadis yang diacu sesuai perkataan Rasulullah SAW, yaitu "Segala amal ibadah anak Adam adalah miliknya, kecuali puasa. Ia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya." (HR Bukhari). Nabi Muhammad SAW juga pernah bertutur bahwa semua catatan perbuatan umat di bulan shaum ini langsung dicatat oleh Allah SWT. Dalam bahasa Arab, pencatatan perbuatan ini disebut Shab-i-Barat atau The Night of Records. Bukankah sangat istimewa, rekam jejak kita langsung ditorehkan dalam media abadi oleh Sang Maha Pencipta.

Mari, sekali lagi kita simak hadit HR Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah di atas. Dari yang tersurat saja kita langsung dapat menyimpulkan bahwa jembatan emas Ramadhan ini terdiri atas tiga ruas. Sepertiga adalah ruas yang penuh dengan pahala rahmat saat kita melintasinya. Sepertiga kedua adalah ruas yang menyirami kita dengan berkah ampunan atas kesalahan dan dosa serta kala kita menapak diatasnya. Sepertiga yang terakhir adalah ruas dengan imbalan terbebas dari azab neraka ketika kita melenggang melaluinya. Apalagi, jika dalam ruas terakhir dari jembatan emas itu, kita lalui dengan tulus dan ikhlas mencari ridha Allah SWT, bekerja keras, dan cerdas menjalankan amanah-Nya menggapai kemenangan di kehidupan yang fana serta senantiasa ingat bahwa semua ibadah dan amanah itu kita laksanakan demi mengakumulasi bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat nanti. Ingat juga bahwa lompatan kuantum terbuka untuk kita lakukan, yaitu jika Allah SWT memberikan ridha-Nya untuk kita mendapatkan the night of honour and dignity--Lailatul Qadr, gerbang kemenangan yang berada di ujung jembatan emas menanti untuk kita lewati. Namun, tentu seperti juga jembatan emas kemerdekaan RI, Syawal bukanlah akhir dari pengabdian dan perjuangan kita sebagai khalifatullah di bumi ini. Kemenangan yang kita raih adalah untuk kita isi, seperti kobaran semangat presiden Soekarno. Maka, tanah kemenangan yang kita rebut mesti kita isi dengan sungguh-sungguh agar kita menjadi ciptaan-Nya yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi. Insan-insan juara ini yang akan mampu mewujudkan mimpi proklamator kita, yaitu menjadikan Indonesia yang merdeka dengan nilai-nilai luhur: aman, adil, damai, demokratis, dan sejahtera.

Subhanallah walhamdulillah wala ilahailallah huwalluakbar.
Ya Allah, jadikanlah kami umat-Mu yang disiplin menjalankan ibadah puasa di Ramadhan yang suci ini. Limpahkan kepada kami Ya Rabb rahmat dan ampunan serta kami terbebas dari api neraka. Amin

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line