Sabtu, 29 Agustus 2009

Pidato Kenegaraan



Oleh Anang Rikza Masyhadi

Beberapa saat setelah dilantik sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW, Abu Bakar as-Shiddiq RA segera menyampaikan pidato kenegaraannya.''Sesungguhnya saya menjadi pemimpin kalian ini bukan berarti lebih baik dari kalian. Jika saya benar dalam menjalankan amanat ini, bantulah! Dan seandainya salah dan menyimpang, luruskanlah! Taatilah aku selama diriku menaati Allah SWT. Jika saya maksiat kepada-Nya, tidak ada lagi kewajiban taat kepadaku.''

Inilah pidato kenegaraan pertama dalam sejarah Islam yang disampaikan Abu Bakar RA secara spontan. Tradisi ini diikuti khalifah berikutnya, yaitu Umar ibn al-Khattab RA.Ketika Umar RA sedang berpidato, tiba-tiba ada yang menginterupsi, ''Seandainya nanti kami melihat penyimpangan dalam dirimu, kami akan meluruskannya dengan pedang.''Umar menimpali dengan senyum, ''Alhamdulillah, Mahasuci Allah yang telah mengirimkan dalam umat ini, orang yang akan meluruskan penyimpangan Umar dengan pedangnya.''

Itulah kebesaran jiwa Abu Bakar dan Umar sebagai pemimpin. Perbuatan pertama keduanya sejak dilantik menjadi khalifah ialah membuka diri bagi kontrol publik, menjadikan kepemimpinannya bersifat umum, dan menyandarkannya pada musyawarah.Meskipun hampir secara mayoritas memilih Abu Bakar RA menjabat sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW, namun tak berarti sama sekali tidak ada penentangan atau oposisi waktu itu.Sahabat Sa'ad ibn Ubadah ialah salah seorang yang menentang pengangkatan Abu Bakar RA, hingga ia memilih keluar menuju Suriah. Demikian halnya dengan Zubair ibn al-Awwam, sepupu Rasulullah SAW, serta Ali ibn Abi Thalib RA.

Ketika sahabat Ali RA melontarkan pernyataan yang menuduh Abu Bakar RA bahwa, ''Engkau telah merusak urusan kami dan tidak pula memelihara hak kami,'' Abu Bakar sama sekali tidak marah, apalagi menganggapnya sebagai tindakan kriminal dan subversif.Bahkan, Abu Bakar menjawabnya dengan tenang, sebagaimana dikisahkan Al-Mas'udi dalam Muruj al-Dzahb wa Ma'adin al-Jawhar , ''Benar demikian, tapi saya hanya takut bila terjadi fitnah pada umat, karena kaum Muhajirin dan Anshar saling berargumen panjang ketika berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah dan saling memperebutkan kepemimpinan.''

Inilah pendidikan politik untuk umat bahwa kepemimpinan harus didasarkan pada musyawarah, betapapun hebatnya seorang pemimpin dan unggulnya pribadi yang bersangkutan. Pesan pentingnya, pemimpin terpilih tidak selalu yang paling unggul, tapi sekadar the first among the equals .Karena itu, ia harus rendah hati menerima masukan orang lain. ''Sebab itu sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.'' (QS Azzumar [39]: 18).

(-)

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line