Oleh Nawawi Efendi
Di antara kelemahan manusia adalah sifat lupa. Sifat ini melekat padanya, sehingga ada yang berpendapat bahwa kata 'insan' (manusia) berasal dari kata nasiya-yansa yang berarti lupa atau melupakan.
Allah SWT kerap menyebut sifat lupa dalam Alquran dan dikaitkan kepada manusia. ''Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.'' (QS Thaahaa [20]: 115).
Di satu sisi, lupa adalah sifat positif, ketika seseorang lupa terhadap masa lalu buruk yang pernah dialami, sehingga menghadapi hidup ini dengan optimistis. Atau, lupa akan kesalahan orang lain, sehingga tak ada keinginan membalas dendam.
Di sisi lain, lupa merupakan awal kebinasaan seseorang, ketika lupa kepada Allah SWT. Allah SWT pun membuatnya lupa terhadap hakikat dirinya sendiri. ''Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.'' (QS Alhasyr [59]: 19).
Seseorang yang sudah lupa terhadap hakikat dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, ia akan berlaku sombong ketika mendapat kesuksesan dan akan frustrasi bila ditimpa kegagalan.
Untuk itu, Allah SWT seringkali memerintahkan kita untuk berzikir kepada-Nya. Zikir di sini tidak terbatas pada gerakan lisan semata, tapi juga kesadaran hati tentang kekuasaan Allah SWT dan keagungan-Nya.
Bahkan, secara khusus, Allah SWT menyebutkan, shalat adalah sarana paling tepat untuk berzikir kepada-Nya. ''Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.'' (QS Thaahaa [20]: 14).
Sebenarnya, melalui akal dan hatinya, manusia sudah bisa mengingat Allah SWT. Tapi, Allah SWT masih menurunkan kitab dan mengutus rasul-Nya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Di hari kiamat nanti tidak ada alasan bagi seseorang mengelak dari hukum dan pengadilan Allah SWT.
Namun, bila manusia masih tetap lupa dan berpaling dari peringatan-Nya, ia akan merasakan kehidupan yang sempit, dan di akhirat akan dikumpulkan dalam keadaan buta.
''Berkatalah ia, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?' Allah berfirman, 'Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan'.'' (QS Thaahaa [20]: 125-126).
Semoga sifat lupa yang sudah menjadi tabiat kita dapat menjadi pemicu untuk berzikir kepada Allah SWT. Bukan malah menjadikannya tameng dan alasan melupakan-Nya.
Index Koran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar