Pertanyaan :
Bagaimanakah sebenarnya pandangan Islam terhadap alam? Apakah alam ini merupakan suatu misteri dan kadangkala menakutkan, sebagaimana yang sering saya dengar di khutbah jum’at, dimana dikatakan bahwa takutlah pada azab Allah SWT, dengan menyebutkan banjir, badai, tsunami, gempa, tanah longsor dan berbagai macam bentuk bencana sebagai azab Allah SWT ?
Khutbah-khutbah demikian menurut saya menghasilkan suatu posisi “takut kepada alam”, atau “menyerah” kepada alam.
Pada sisi lain, bila kita simak laporan pemberitaan di TV, juga di koran, akarr nyatalah bahwa apa yang disebut bencana alam itu boleh dikatakan terjadi tiap hari diseluruh penjuru dunia. Kalau tidak terjadi bencana alam di Indonesia, terjadi di Rusia, atau terjadi di Belanda, atau terjadi di Afrika, atau terjadi di Australia. Atau terjadi di tempat lainnya.
Boleh dikatakan di atas bumi ini setiap hari terjadi bencana alam itu. Kesimpulahnya apa? Maafkan saya, berarti Allah SWT setiap hari menurunkan azabnya. kepada manusia. benarkah begitu?. Kalau benar demikian, maafkan saya, alangkah pemarahnyaAllah SWT, setiap hari, setiap saat Allah SWT dalam keadaan murka, setiap hari, setiap saat Allah SWT menurunkan azabnya.
Mohon maaf ustadz, pikiran saya jadi terguncang memikirkannya. Disisi lain sering pula saya dengar bahwa Allah SWT itu “Maha Rahman”, “Maha Rahim, Allah SWT itu “Maha pengasih”, “Maha Penyayang”.
Bahkan pernah pula saya dengar, bah-wa Islam itu adalah agama yang adil. Me-nurut saya tidak boleh atas manusia dija-tuhkan dua kali azab. Kalau di dunia ini setiap hari sudah menenma azab Allah SWT, maka di akhirat nanti manusia se-harusnya sudah terbebas dari siksa Allah SWT. Kalau di akhirat nanti masih menerima azab Allah SWT, berarti dua kali manusia menerima azab, di dunia dan di akhirat.
Hal lainnya lagi, betul-betul saya mohon maaf. Kalau saya tidak salah Islam menganut azas pertanggungan jawab perseorangan, yaitu setiap pribadi bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Tidak bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat oleh orang lain.
Sekalipun orang lain itu adalah ayahnya atau anaknya atau isterinya, atau suaminya. Sementara tsunami, kita ambillah tsunami sebagai contoh itukan menimpa orang seumumnya. Semua orang terkena. Kalau benar tsunami itu adalah azab Allah SWT, maka azab Allah SWT yang serupa itu bukan tertimpa kepada perseorangan, melainkan ditimpakan secara kolektif.
Terbersit dalam pikiran dan kalbu saya apakah khatib ketika berkhutbah, atau ketika memberikan ceramah agama, adakah khutbah atau ceramahnya itu dipandu oleh ajaran dan pemahaman agama Islam secara teratur, sehingga tidak berbenturan dengan ajaran agama Islam sendiri ?
Kalau pertanyaan saya ini salah, maafkan saya Tetapi pikiran saya betul-betul gelisah dan betul-betul terguncang.
Jawaban :
Menurut ajaran agama Islam, selain Allah SWT semuanya adalah “makhluk”. Hanya Allah SWT yang ‘Khalik”.
Makhluk itu terdiri atas :
- Malaikat.
- Syaitan/Jin/lblis.
- Manusia.
- Binatang.
- Alam.
Diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT itu manusia merupakan makhluk yang terbaik. Manusia terdiri atas jasad, roh, akal dan nafsu. Malaikat tidak berjasad dan tidak bernafsu (kurang dari manusia). Syaitan tidak berjasad dan tidak berakal (kurang dari manusia). Binatang tidak berakal (kurang dari manusia). Alam hanya berjasad saja (sangat kurang dari manusia).
Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Lebih baik dari malaikat, dari syaitan, dari binatang dan dari alam). (Surat 95/At-Tiin, ayat 4).
Dengan demikian pandangan manusia terhadap alam adalah melihatnya kebawah, karena alam diciptakan jauh dari kesempurnaan manusia. Terhadap malaikat dan syaitan manusia melihatnya sebagai sesama makhluk Allah SWT dengan posisi untuk bersahabat dengan malaikat, karena malaikat diciptakan untuk membantu manusia. Sedangkan terhadap syaitan manusia setiap saat adalah berperang dengannya, karena syaitan memusuhi manusia dan kerjanya berusaha untuk menggelincirkan manusia dari jalan Allah SWT.
Firman Allah SWT : “…..Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu Dan hendaklah kamu menyembahKu. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebagian besar diantaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?“. (Surat 36 /Yaasiin.ayat 60-62).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman tentang manusia : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan“. (Surat 17/AI Israa’, ayat70).
Adapun bumi dan langit diciptakan Allah untuk manusia. Firman-Nya : “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhan-mu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam” (Surat 40/AI Mu’min,ayat64).
Kehidupan manusia dan juga peredaran alam di atur Allah SWT dalam tata kehidupan tertentu, yang dinamakan “sunnatullah“. Misalnya bagi manusia, ada saat riang, ada saat bersedih. Ketika saat riang adalah ketika bergembira disaat mendapat nikmat.
Sedangkan saat bersedih adalab disaat tertimpa musibah. Hidup manusia, tak bisa terhindarkan dari musibah yang satu ke musibah yang lain, namun juga dipenuhi oleh berbagai kenikmatan, dari kenikmatan yang satu pada kenikmatan yang lain. Hal itu diumpamakan dengan indahnya di dalam Al Qur’an seperti pergantian siang dengan malam, dan pergantian malam dengan siang.
Salah satu bentuk musibah itu adalah bencana alam. Karena bencana alam itu adalah salah satu sunnatullah, tentulah tak dapat dicegah dan dihindarkan. Manusia berdaya upaya untuk meringankan akibatnya Dan dalam berdaya upaya itu tidak boleh berburuk sangka terhadap Allah SWT.
Namun demikian, manusia tidak boleh takut kepada alam. Tidak boleh memberi sesaji kepada alam. Karena sesaji itu membuat alam lebih mulia dari manusia. Padahal yang benar adalah sebaliknya.
Sumber : Buletin dakwah Al-Huda, No. 1150 tahun ke-23 - 19 Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar