Oleh Ahmad Syaikhu
Seiring bergulirnya waktu, usia bumi kian bertambah. Jika diibaratkan manusia, kiranya bumi layaknya seorang tua renta yang berbadan bungkuk, bertumpukan tongkat, berkulit keriput, dan berambut putih. Ini menunjukkan bahwa perubahan waktu adalah perubahan dalam berbagai aspek. Adapun yang tampak secara kasatmata adalah perubahan fisik.
Muharram secara bahasa adalah derivasi dari kata harama-yahrumu yang berarti mencegah atau melarang. Muharram sendiri bermakna dilarang atau diharamkan. Allah SWT menyebut bulan ini dalam Alquran di antara empat bulan yang dimuliakan.
''Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan. Dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. Dan, perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.'' (QS Attaubah [9]: 36).
Para ulama mengemukakan, maksud dari ayat ini adalah Allah SWT melarang terjadinya peperangan dan hal sejenisnya yang termasuk kategori perang lantaran kemuliaan bulan ini. Larangan di sini adalah sebagai penekanan betapa Muharram adalah bulan yang mulia dan merupakan syahrullah (bulan Allah).
Secara akumulasi bulan Muharram kini beranjak pada usia 1430 Hijriah yang bertepatan dengan 2009 Masehi. Bertambahnya usia menandakan bertambahnya kemantapan dan kedewasaan sikap. Dengan beralihnya tahun, berarti spirit untuk memulai lembaran baru menuju langkah-langkah yang penuh optimistis dan rencana-rencana mantap mulai kian digelorakan. Jangan sampai tahun baru hanya sebagai euforia tanpa makna. Apalagi, di tengah gegap-gempitanya dunia yang sedang morat-marit akibat krisis global.
Alangkah indahnya jika Muharram dijadikan start awal untuk merefleksikan kehendak Allah. Dalam hal ini menyatukan visi bersama dan menundukkan kepentingan parsial. Yaitu, sebagaimana gambaran historis hijrah, merajut kembali tali ukhuwah dari nafsu pibadi dan kelompok. Karena, sejatinya kekuatan ukhuwah akan menampilkan nilai luhur Islam yang tinggi.
Menguatkan keimanan, membina moralitas, menolong kaum mustada'fiin (kaum yang lemah) adalah sekelumit contoh dari permasalahan umat yang lebih prioritas. Lebih lanjut, Muharram adalah momentum untuk meningkatkan etos diri, baik ukhrawi maupun duniawi. Berbenah diri dari kesalahan guna menyongsong hari esok yang lebih baik. Sebab, itulah hakikat hidup. Wallahu a'lam.
Kamis, 08 Januari 2009
Spirit Muharram
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar