Kamis, 08 Januari 2009

Hari Baru

Oleh Zaim Uchrowi

Waktu adalah kumpulan titik-titik abstrak yang memanjang menjadi semacam dimensi yang kita merasa memilikinya. Tapi, apa beda sebuah detik dengan detik lainnya bila kita tak memaknainya secara berbeda?
Bagi anak-anak Gaza, Palestina, detik-detik terakhir tahun 2008 adalah detik-detik petaka. Orang-orang tua mereka, saudara-saudara mereka, teman-teman mereka terenggut begitu saja dari kehidupannya. Rumah tempat bernaung mereka, sekolah tempat belajar mereka, bahkan sedikit ruang bermain mereka luluh lantak oleh bom-bom Israel.

Sebaliknya, bagi kekuasaan Israel, detik-detik akhir tahun lalu adalah detik-detik unjuk kepongahannya. Tak ada satu pun bangsa di dunia yang mampu menghentikan apa yang dimauinya. Masih akan lama umat dunia buat mampu mendudukkan mereka untuk menjadi beradab dan berkemanusiaan.

Bagi saudara-saudara kita para dhuafa yang harus menyabung hidup dari waktu ke waktu, pergeseran detik demi detik tak bermakna apa-apa. Tak ada beda buat mereka apakah terlelap dalam mimpi atau terjaga menikmati pesta kembang api saat tahun beralih. Bagi mereka hidup adalah garis kemiskinan yang memanjang hingga ajal. Sebuah garis kehidupan yang tak akan dipahami, dan tentu juga tak akan disentuh para pemimpin bangsa ini yang tak merasa bersalah hidup berlimpah dari uang publik.

Buat kita yang tak merasakan nestapa Gaza, juga tidak pepatnya kehidupan di permukiman-permukiman sumpek, lalu apa makna 'Hari Baru' yang biasa dikaitkan dengan peralihan tahun? Boleh jadi kita telah mencoba memaknainya. Boleh jadi juga belum, atau malah merasa tak perlu, memberi makna apa pun. "Buat apa?"

Apa pun, nabi telah berwasiat. "Hari ini harus lebih baik dari kemarin." Sebuah wasiat yang mengingatkan betapa penting memaknai setiap detik yang kita lalui. Tanpa itu hidup akan mubazir, sedangkan kemubaziran adalah pangkal kehancuran sehingga diistilahkan sebagai "kawan setan".

Seorang kawan menyatakan rasa syukurnya di akhir 2008 lalu. Ia sebut ia meraih sukses di tahun itu persis seperti semua hal yang ia tulis di akhir 2007 untuk harapannya dalam setahun ke depan. Maka, di akhir tahun lalu ia pun menulis semua harapannya untuk tahun ini. Tidakkah penting bagi kita buat mengikuti hal baik itu. Buat pribadi, juga buat umat dan bangsa.

Begitu banyak persoalan yang terhampar di hadapan kita. Begitu banyak tantangan yang harus kita taklukkan. Umat dan bangsa ini masih begitu lemah dan akan terus lemah bila tak ada upaya mendasar buat mengatasinya. Bom di Gaza, kemiskinan yang menyebar di sekujur bumi nusantara yang subur ini, hingga ketidakbertanggungjawaban para pejabat publik adalah gambar jelas yang menunjukkan betapa lemah kita sebagai bangsa. Kelemahan yang menuntut kita memiliki sikap berbeda dalam menyambut hari baru.

Maka, tidakkah kita ingin membuat makna berbeda buat hari baru yang telah tiba ini?

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line