Selasa, 08 September 2009

Alquran yang Agung


image

KONON bangsa Indonesia ini mayoritas umat Islam. Jadi, menurut logika saya apabila Indonesia ini baik; adil makmur, maka kaum musliminlah yang pertama-tama harus bersyukur. Namun sebaliknya apabila negeri ini terpuruk, kaum musliminlah yang paling bertanggung jawab.

Kaum muslimin memiliki Alquran yang diyakini sebagai pedoman hidup yang dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pedoman yang tidak hanya menuntun hamba beribadah secara ritual, tapi juga secara sosial. Pedoman yang tidak hanya memandu pergaulan pribadi dengan Tuhannya, tapi juga juga pergaulannya dengan sesamanya.


Tetapi mengapa Alquran sepertinya hanya terlihat pengaruhnya pada ’’sisi-sisi simbolis’’ keislaman kaum muslimin? Semangat membangun masjid misalnya, tidak disertai dengan semangat memakmurkannya. Semangat berpuasa dan berhaji, tidak diikuti oleh semangat meningkatkan ketakwaan. Semangat ber-Islam, tidak dibarengi dengan semangat berakhlak mulia. Banyak sekali masjid yang besar-besar dan indah kosong oleh jamaah (kecuali mungkin di hari Jumat dan hari-hari raya).


Tidak sedikit mereka yang habis berpuasa dan berhaji, terus melanjutkan maksiat mereka. Bahkan ada pihak yang menyuruh orang menghormati Ramadan, tapi tindakannya justru tidak mencerminkan penghormatan kepada Ramadan.


Dan lebih mengenaskan lagi, ada tindakan-tindakan dan perilaku sementara orang Islam yang justru bertolak belakang dengan Alquran. Tindakan-tindakan yang hanya pantas dilakukan oleh preman, mereka lakukan. Alquran, misalnya, melarang orang mencuri, mereka justru terus melakukan korupsi.
Alquran menyatakan Islam merupakan rahmatan lil-’aalamiin, mereka justru melakukan tindakan yang mencerminkan laknatan lil-’aalamiin. Alquran mengajak menyintai, mereka justru suka membenci.

Alquran mengajarkan keramahan, mereka justru memamerkan kemarahan.
Alquran diturunkan melalui Rasulullah SAW dan beliaulah orang pertama yang mengamalkan kandungan Alquran.

Firman Allah di dalamnya menjadi gamblang oleh penjelasan Rasulullah SAW melalui keterangan lisan dan contoh pengamalannya.
Dengan kata lain, sebagaimana diisyaratkan oleh istri beliau sendiri, sayyidatina Aisyah ra, Rasulullah SAW adalah ’’Alquran berjalan.’’ (Kaana khuluquhu Alquran).


Akhlak mulia yang dididikkan Alquran utuh mengejawantah pada diri Rasulullah SAW dan kemudian pada diri para pengikutnya. Dan keindahan Islam pun menjadi budaya masyarakat Madinah pada zaman itu. Orang sekarang menyebutnya serampangan dengan istilah Madani.


Survei Alquran


Alquran yang menjadi pedoman di zaman itu tidak lain dan tidak bukan ialah Alquran yang sama seperti yang kini ada pada kita. Mengapa kini, sebagaimana disinggung di atas, perilaku umat Islam seperti tidak begitu berkaitan dengan Alquran, bahkan sering tampak berlawanan dengan kitab sucinya itu?


Banyak faktor yang bisa disebut sebagai penyebab hal tersebut; misalnya jauhnya jarak kita dengan pemimpin agung kita, Nabi Muhammad SAW dan langkanya keteladan; atau karena umat sekarang terlampau menyintai dunia .


Namun terlepas dari itu semua; khusus untuk kita di Indonesia ini, saya masih menganggap penting adanya survei atau penelitian tentang Alquran kaitannya dengan umat Islam yang mayoritas di negeri ini.
Bukankah kita memiliki lembaga-lembaga survei yang hebat. Saya kira penelitian untuk itu tidak kalah penting dan manfaat dibanding penelitian untuk sekadar mengetahui siapa-siapa pemenang pemilu.


Apabila dilakukan penelitian tentang berapa persen dari umat Islam yang mayoritas ini yang membaca Alquran; dari mereka yang membaca Alquran ini, berapa persen yang paham maknanya; dari mereka yang paham makna Alquran ini berapa persen yang mengamalkannya. Insya Allah hasilnya akan sangat bermanfaat . Dan siapa tahu bahkan dapat menjawab banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara kita.


Hasil penelitian tentang kaum mayoritas dan kitab pedoman mereka ini, dapat, misalnya, untuk menjadi bahan menyusun kebijaksanaan pendidikan nasional kita dan program-program lain yang berkaitan dengan sumberdaya manusia, termasuk dapat dijadikan bahan kajian bagi mereka yang mengidamkan terwujudnya masyarakat madani.
Wallahu aĆ­lam. (77)

- Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Kabupaten Rembang.

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line