Oleh Ecep Heryadi
Secara literal, kata 'ihsan' berarti menunjukkan sikap cinta kasih terhadap sesama tanpa pamrih. Allah berfirman, ''Sesungguhnya, Allah SWT menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.'' (QS Annahl [16]: 90).
Kata 'ihsan' menempati tingkatan kedua setelah berlaku adil. Kenyataan ini meniscayakan posisi penting ihsan di hadapan Allah karena ia merupakan titah yang datangnya langsung dari Allah.
Berlaku ihsan dalam kehidupan sehari-hari memberikan keuntungan berlipat. Di satu sisi, dalam konteks vertikal, cinta Allah akan ia semai setiap detik karena perilaku ihsan tadi. Di sisi lain, ia akan mendapat balasan kasih sayang yang setimpal pula, bahkan lebih dari sesamanya sebagai balasan di dunia.
Sayang, keuntungan-keuntungan tersebut banyak dilupakan karena memang nilainya abstrak dan tak dapat dirasakan secara langsung. Pemahaman yang ada hanya memberikan senyum sedikit pun dirasa merugi karena dianggap takkan memberikan implikasi keuntungan secara nyata.
Terkait hal itu, Allah mengetuk pintu hati umat-Nya, ''Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.'' (QS Alqashash: 77).
Secara tersirat, Allah menerangkan bahwa perbuatan baik Allah seharusnya dibalas manusia dengan cara berbuat baik kepada sesamanya. Jika tidak, Allah akan mengganti segala kebaikan yang telah diberikan-Nya dengan keburukan karena telah mengingkari titah-Nya.
Tuntutan berlaku ihsan juga sebaiknya dilakukan tidak pandang bulu sebagaimana yang pernah Nabi Yusuf AS lakukan. Ketika itu, ia menolong untuk menakwilkan mimpi sang raja yang melihat tujuh ekor sapi kecil memakan tujuh ekor sapi besar, sekalipun dulu Yusuf pernah diperlakukan tidak adil.
Mengapa Yusuf tak membalas dendam dengan membiarkan mimpi tersebut bergulir hanya sebatas praduga yang nihil takwil kebenarannya? Dalam hal ini, Nabi Yusuf telah berlaku ihsan dengan tak memilih-milih orang yang ditolongnya.
Kisah Yusuf bukan untuk menggambarkan keislaman atau kemunafikan orang-orang kafir. Kisah ini hendak mengajarkan kita untuk ikhlas dalam berbuat baik (ihsan), tanpa pandang bulu. Itulah tuntunan Islam sebagai agama yang paripurna.
Selasa, 07 April 2009
Berlaku Ihsan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar