BAGAIMANA umat menyikapi kabar burung, termasuk berbagai komentar tentang seseorang - apalagi pemimpin? Jawabnya sederhana (meski tak mudah), yakni: tabayyun. Rekonfirmasi.
Allah sendiri yang memerintahkan Rasulullah Muhammad SAW agar mengajarkan tabayyun. Di Surah Al Hujurat, Allah mengingatkan pentingnya melakukan tabayyun, sekaligus memperingatkan manusia agar tidak melakukan perbuatan sesat. Seperti bertikai dan membiarkan pertikaian, dan menghentikan upaya memperolok-olok orang lain. Apapun tujuannya.
Allah berfirman, "Sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat". Allah juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu dengan sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Allah juga mengingatkan seluruh insan dengan beriman: "Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha peneriba tobat, Maha Penyayang."
Semua firman Allah di dalam Surah Al Hujurat itu, mengingatkan kita untuk sejauh-jauhnya menghindari perbuatan hina. Mulai dari bermusuhan, mengolok-olok, berprasangka, dan bergosip. Karena bergosip atau menggunjingkan orang lain, laksana memakan daging jenazah saudara sendiri.
Perintah untuk tabayyun atau rekonfirmasi dikeluarkan Allah karena sedemikian bahayanya gosip alias rumors alias prasangka buruk itu. Berbahaya, karena gosip, rumors, dan prasangka buruk, itu merusak tatanan sosial kemasyarakatan. Lalu, merobohkan peradaban dan akhlak manusia, sehingga akhirnya manusia terjebak menjadi kawanan hewan ganas yang saling terkam dan saling membinasakan satu dengan lainnya.
Dan yang lebih mengerikan adalah ketika seseorang yang ditakdirkan menjadi pemimpin di tengah masyarakat terjerembab ke dalam kubangan gosip, prasangka buruk, dan menebar kefasikan. Menempatkan pemimpin lain menjadi sasaran kezaliman dan penzaliman, melalui lidah yang tajamnya melebihi sembilu, belati, pedang, dan seluruh senjata pemusnah peradaban. Karena ujung lidah dapat menyebabkan terjadinya character assasination, yang lebih kejam dari pembunuhan.
Kini, di tengah hiruk pikuk politik, kita akan mudah terjerembab ke dalam lembah kefasikan. Bahkan, akan banyak orang yang bangga dan tak menyesal dengan kefasikannya. Kita, tentu tak hendak demikian. Karena, kita tunduk dengan apa yang diperintahkan Allah untuk melakukan rekonfirmasi.
Dalam konteks itulah Allah berseru dalam firman-Nya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa berita (informasi), maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan sesuatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
Mudah-mudahan kita termasuk kaum yang mau menerima hasil tabayyun. Karena dengan demikian, kita akan menjadi kaum yang terbebas dari buruknya kefasikan yang zalim. Insyaallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar