Oleh Mahmud Yunus
“Sesungguhnya, Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi SAW. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu (sekalian) untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab [33]:56).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT dan para malaikat serta orang-orang Mukmin senantiasa bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW.
Dalam catatan kaki Alquran dan Terjemahnya yang telah ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dari Departemen Agama RI, shalawat dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW berarti memberikan rahmat. Sedangkan, shalawat dari malaikat berarti memintakan ampunan. Dan, shalawat dari orang-orang Mukmin adalah memohonkan doa agar diberikan rahmat. Contohnya, dengan mengucapkan perkataan, “Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad.”
Ayat di atas mengisyaratkan kita, betapa pentingnya kedudukan shalawat. Sehingga, kita dianjurkan untuk membacanya. Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku.” (HR Ibn‘Asakir).
Banyak hadis ataupun riwayat yang menjelaskan keutamaan (fadlilah) membaca shalawat. Dalam sejumlah riwayat, disebutkan juga kisah-kisah seputar shalawat.
Pertama, menurut Ibn Jauzi dalam buku Salwat Al-Ahzan. Saat Adam AS hendak menikahi Hawa, ia sempat “ragu” terkait maskawin yang akan diberikan kepada calon istrinya. Keraguan itu akhirnya mendorong Adam untuk bertanya langsung kepada Allah SWT, “Wahai, Tuhanku, apakah kiranya yang aku berikan (sebagai maskawin) kepadanya (Hawa)?” Allah SWT menjelaskan, “Bacalah shalawat untuk kekasih-Ku yang terpilih, Muhammad SAW.”
Kedua, Ka’bu Al-Akhbar mengisahkan, Allah SWT pernah bertanya kepada Musa AS. “Wahai, Musa, apakah kamu suka pada hari Kiamat kelak kamu tidak merasa kehausan?” “Tentu (saja), Tuhanku,” jawab Musa. Lalu, Allah SWT berfirman, “Perbanyaklah membaca shalawat kepada Muhammad SAW.”
Ketiga, ketika seorang Bani Israil yang kerap berbuat maksiat meninggal dunia, tak ada seorang pun yang bersedia memandikannya dan menguburkannya. Konon, jenazahnya itu dilemparkan begitu saja. Sejurus kemudian, Allah SWT memerintahkan Musa AS untuk memandikan dan menguburkan jenazah tersebut. Disertai penjelasan bahwa dosa-dosa orang itu telah diampuni oleh-Nya.
Musa AS pun bertanya, “Wahai, Tuhanku, amal apakah yang menyebabkan dosa-dosa orang ini Engkau ampuni?” Allah SWT menjelaskan, “Suatu hari, dia pernah membaca Taurat. Ketika dia membaca nama Muhammad di dalamnya, dia lalu membaca shalawat untuknya. Karena itulah, Aku ampuni dosa-dosanya.” Lihat kitab Irsyad al-‘Ibad ila Sabili al-Rasyad. Semoga kita senantiasa gemar membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar