Oleh Prof Dr H Fauzul Iman MA
Demonstrasi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah muzhaharah. Kata dasarnya adalah zhaahara yang artinya menunjukkan fakta. Dilihat dari makna kata dasarnya, tersimpul pengertian bahwa demonstrasi adalah aksi untuk menunjukkan fakta dan data-data akurat yang disertai argumentasi yang kuat.
Dalam bahasa agama, demonstrasi seperti ini disebut dengan al-burhan. Ibnu Taimiyah memahami kata al-burhan dengan bukti-bukti yang didemonstrasikan secara empiris. Firman Allah SWT, "Katakanlah (hai Muhammad), tunjukkanlah bukti-bukti kebenaranmu jika kalian termasuk orang yang benar." (QS Albaqarah [2]: 111).
Ayat ini turun berkenaan dengan sekelompok orang Yahudi dan Nasrani yang mendebat Nabi SAW. Orang-orang tersebut mengklaim dirinya yang paling baik dan akan masuk surga. Namun, mereka tidak mampu menunjukkan bukti-bukti yang kuat sehingga klaimnya dinilai Alquran sebagai angan-angan kosong (amani).
Berdasarkan ayat ini, kita boleh saja berdemonstrasi untuk menuntut hak, menyampaikan aspirasi, atau melontarkan kritik kepada pemerintah, baik melalui tulisan, turun di jalan, forum dialog, maupun seminar. Namun, semua itu harus disampaikan dengan cara-cara yang beradab.
Akhir-akhir ini, kita sering menyaksikan betapa maraknya aksi demonstrasi di negeri ini. Sebagian dilakukan dengan cara-cara elegan dan damai. Namun, sebagian lainnya dilakukan dengan kekerasan. Cara-cara kekerasan dalam berdemonstrasi jelas sangat berbahaya. Karena, selain mengancam persatuan bangsa, juga melanggar prinsip demokrasi itu sendiri. Bahkan, melanggar norma-norma agama.
Karena itu, mari kita mengambil pelajaran dari Allah SWT saat memerintah Musa AS untuk mencegah ulah Firaun yang membahayakan masyarakat di negerinya. Dalam misi besarnya itu, Musa diperintahkan untuk berkata lembut dan sopan. Firman-Nya, "Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Firaun. Sesungguhnya, dia telah melampaui batas. Maka, berkatalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS Thaha [20]: 43-44).
Meskipun Firaun berulang kali mengancam Musa dan berniat akan membunuhnya, Nabi Musa tetap diperintahkan Allah untuk bersabar seraya menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cara-cara yang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar