Oleh KH Didin Hafidhuddin
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Lail [92]: 5-10, ''Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.''
Tuntunan rabbani di atas secara jelas menggambarkan tentang kekuatan memberi, di samping kekuatan takwa dan keyakinan akan balasan Allah SWT di akhirat nanti, yang akan mendatangkan kemudahan dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Sebaliknya, kebakhilan (keengganan untuk memberi) dan kesombongan, serta sikap dusta pada pahala surga, hanyalah akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan di dunia dan akhirat nanti.
Ayat tersebut juga mengajarkan bahwa memberi dalam segala bentuknya (seperti memberi harta, ilmu pengetahuan, maupun tenaga) untuk kemaslahatan bersama akan membawa ketenangan dan ketajaman hati serta pikiran. Sehingga, memberi itu akan mengundang keberkahan dan memperbanyak harta maupun ilmu yang sudah dimilikinya.
Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda, ''Rendah hati itu tidaklah akan menambah kecuali ketinggian derajat seseorang, maka rendah hatilah kamu sekalian. Memaafkan kesalahan orang tidak akan menambah kecuali kegagahan dan keagungan seseorang, maka jadilah pemaaf. Sedekah tidaklah menambah kecuali memperbanyak harta seseorang, maka bersedekahlah kamu sekalian, pasti Allah akan memberikan rahmat kepada kamu sekalian,'' (HR Abi ad-Dunya).
Di samping itu, kebiasaan memberi akan menambah spirit dan semangat untuk senantiasa memiliki keunggulan-keunggulan yang kompetitif. Sebab, tidak mungkin kita akan mampu memberi kepada orang lain kalau kita tidak memiliki apa-apa. Seperti kata pepatah Arab, ''Faaqidu asy-syai'i laa yu'ti syai'an'' (Orang yang tidak punya apa-apa pasti tidak akan mampu memberikan apa pun juga).
Upaya untuk senantiasa memberi inipun akan meninggikan harga diri setiap orang yang melakukannya, apalagi orang yang beriman. Ia tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi tantangan. Tidak mudah pula dikendalikan dan bergantung pada orang lain.
Bisa dibayangkan, jika para pemimpin bangsa ini terdiri atas orang-orang yang memiliki jiwa dan semangat memberi, pasti akan memicu terbangunnya harga diri bangsa secara keseluruhan. Tidak akan mudah bergantung dan dikendalikan oleh bangsa lain. Karena, satu-satunya ketergantungan yang bersifat absolut hanyalah pada Allah SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar