Rabu, 11 Maret 2009

HM Luthfi Fathullah, Maulid Harus Lebih Bermakna



WAWANCARA


Bait-bait dari kitab Rawi Barzanji pun dikumandangkan umat Islam di berbagai pelosok tanah air, setiap kali peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tiba. Namun sayang, seperti dituturkan Direktur Pusat Kajian Hadis Dr HM Luthfi Fathullah MA, semangat membaca karya sastra Islami itu tidak diiringi dengan semangat untuk memahami maknanya.

Akibatnya, sosok dan figur Rasulullah belum diketahui luas. Padahal, menurut dia, ‘’Harusnya, kalau secara terus menerus ( Rawi Barzanji) dibaca, akan ada penguraian lebih lanjut tentang isi dan potret Rasulullah SAW,’‘ tandas Luthfi kepada Damanhuri Zuhri dari Republika Ahad (1/3).

Berikut wawancara lengkap dengan doktor bidang hadis yang juga dosen hadis di sejumlah universitas program pascasarjana ini:

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, bagaimana agar kita bisa benarbenar meneladani akhlak mulia Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari? Yang utama, tentu kita harus mengenal Rasulullah SAW. Seumpama mau mencontoh Rasulullah tapi sosoknya sendiri kita tidak kenal, maka mau meneladani dari mana?
Kalau kita hanya mengandalkan pendengaran dari ceramah kiai atau ustadz di televisi atau majelis taklim, menurut saya kurang. Itu biasanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Karena itu, menurut hemat saya, jika ingin betul-betul mencontoh Rasulullah, kita harus mengenal Rasul. Caranya yang paling baik adalah dengan membaca sejarahnya, dengan membaca perintah-perintahnya atau ‘melihat’ sosoknya. Sosok beliau itu ada di kitab-kitab hadis, pun perintahnya. Karena itu, kita perlu memiliki bacaan yang paling tidak menggambarkan sosok dan akhlak beliau.

Bagaimana kecenderungan umat Islam Indonesia khususnya dalam mengenal sosok Rasulullah SAW?

Kecenderungannya ada salah langkah. Contoh yang paling mudah, mereka membaca Rawi Barzanji untuk mengenal Rasulullah. Prinsipnya nggak salah, cuma persoalannya tidak ada jembatan antara apa yang dibaca dengan pengetahuan masyarakat umum. Artinya, Rawi Barzanji dibacakan, tapi banyak orang nggak mengerti. Walhasil ketika Rawi Barzanji menyebutkan akhlak Rasulullah seperti ini dan itu, masyarakat belum nyambung. Hanya dinikmati seperti musik dan lantunannya, iramanya, bukan pesanpesan yang ada.

Apa upaya yang harus dilakukan agar umat ini faham?

Mulailah kita melek, mulai membaca kitab dan buku. Janganlah sampai kitab Sirah Ibn Hisyam yang terlalu tebal, cukuplah misalnya kitab Syamail Muhammadiyah yang kecil dan dikarang oleh Imam Ath-Thirmidzi serta Abu Dawud. Kitab ini di Indonesia sudah diterjemahkan, bahkan ada yang dalam bahasa Betawi kuno.

Artinya jangan sekadar melantunkan Rawi Barzanji, tapi berusaha memahaminya?

Ya. Dan sekarang ini, orang cenderung melakukan itu sebagai ritual rutin yang dibaca pada peringatan maulid Nabi maupun akikah. Dibaca tapi kurang difahami maknanya. Itu yang salah. Harusnya kalau secara terus menerus dibaca, ada penguraian lebih lanjut tentang isi, potret Rasulullah yang dibaca, jangan yang itu-itu saja.

Apa program yang dilakukan Pusat Kajian Hadis untuk lebih mendekatkan figur Rasulullah SAW kepada umat Islam?

Kita sudah selesai membuat DVD Ulumul Hadis, semacam DVD interaktif hadis. Tapi belum ada lembaga lain menggandeng kita untuk bikin potret Nabi Muhammad SAW dalam visual. Ini bukan gambar tapi hadis-hadis yang menggambarkan Nabi Muhammad begini, dan tentu bukan dalam bentuk fisik badan, melainkan lebih menceritakan keseharian beliau.

Dengan mengenal lebih dekat figur Rasulullah, hidup seseorang akan lebih tenang dan nyaman?

Harusnya seperti itu. Cuma ada yang salah, berapa kali kita meng adakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tapi peringatan maulid sampai sejauh ini kesannnya ritual saja. Ada makan rame-rame dan sebagainya.

Jadi, bentuk kegiatannya harus lebih bermakna, sehingga umat Islam lebih mengenal figur Rasulullah yang sesungguhnya?
Ya. Harus lebih bermakna. Bagai mana umat ini kita giring untuk meneladani Rasulullah dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya ada buku yang menarik bagaimana cara tidur nya Rasulullah, juga bagaimana Rasul begitu memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan, kerukunan dan lainnya.

Lembaga Kajian Hadis bisa berperan besar untuk menyebarkan figur Rasulullah?

Kita melangkah ke sana. Dan alhamdulillah, sekarang ini rencananya kita akan membuat program siaran televisi komunitas dan bakal mengudara dalam batas teks. Peluncurannya tanggal 9 Maret bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, soft launching-nya berlokasi di Al-Mughni. Sebanyak 35-40 persen isinya hadis. Ada hadis untuk anak disampaikan dalam bentuk cerita dan drama. Ada hadis untuk remaja yang disampaikan oleh remaja. Ini menjadi solusi bagaimana mengenalkan Rasulullah melalui televisi. Trik-nya berbeda dengan stasiun televisi yang lain.

1 komentar:

jangkargroups mengatakan...

Saya berencana membangun tv komunitas di daerah kandanghaur indramayu karena di komunitas nelayan dan petani sangat awam dengan iptek dan siaran dakwah islam. mudah-mudahan rekan-rekan bisa membantu saya di dalam memajukan IPM dan SDM indramayu. Saya tunggu program anda via email : jangkartv@yahoo.com atau silahkan hubungi fauzi : +628170063222. Terima kasih

Al Quran On Line