Sabtu, 21 Maret 2009

Amanah Kepemimpinan



Oleh Yusuf Burhanudin

''Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Tetapi, mereka menolak memikul amanah karena khawatir tidak mampu melaksanakan amanah tersebut. Lalu, dipikul oleh manusia. Sungguh, manusia itu zalim dan bodoh.'' (QS Al-Ahzab [33]: 72).

Dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, Sayyid Quthb menyimpulkan amanah dalam ayat ini harus diawali amanah paling besar yang tidak mampu diemban langit, bumi, dan gunung menyangkut kepemimpinan. Sebab, bila kepemimpinan terlaksana dengan baik, akan terealisasi amanah-amanah lain, baik amanah kepada Allah SWT (ibadah) maupun sesama (muamalah).

Karenanya, pemimpin dalam Islam hukumnya wajib berdasarkan Alquran, as-sunnah, dan ijma sahabat. Sesaat setelah Nabi SAW wafat, jauh sebelum beliau dikuburkan, para sahabat sepakat menunjuk terlebih dahulu penggantinya. Bisa dibayangkan bagaimana perpecahan terjadi di antara umat beliau tanpa kehadiran seorang pemimpin.

Fakta tak terbantahkan bila manusia cenderung menguasai satu sama lain, sehingga yang kuat menindas yang lemah. Amanah kepemimpinan sebagai titipan kuasa Allah SWT, Rasul-Nya, dan umat tiada lain agar seorang pemimpin mampu menegakkan keadilan dan memusnahkan ketimpangan.

Islam menaruh perhatian besar pada persoalan kepemimpinan karena ukuran kebaikan sebuah masyarakat turut ditentukan kualitas kepemimpinan. ''Tidak halal tiga orang tinggal di tanah tandus selain harus mengangkat pemimpin mereka.'' (HR Ahmad).

Penunjukan seorang pemimpin merupakan salah satu tugas agama paling besar. Menurut Ibnu Taimiyah, agama dan dunia tidak akan pernah tegak dan baik tanpa keberadaan seorang pemimpin. Sirnanya amanah kepemimpinan menjadi indikasi hilangnya misi agama dan dunia secara sekaligus.

''Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati perjanjian.'' (HR Ahmad).

Amanah yang secara bahasa terbentuk sama dengan kata iman dan aman, menunjukkan misi kepemimpinan harus didasarkan keimanan agar berikutnya terwujud keamanan, kemakmuran, dan kesentosaan sebuah bangsa. Inilah tujuan tertinggi kepemimpinan selain demi menegakkan amar ma'ruf dan nahyi munkar.

''(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di muka bumi mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat baik, dan mencegah kemunkaran, dan kepada Allahlah kembali segala urusan.'' (QS Alhajj [22]: 41)

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line