Sabtu, 31 Juli 2010

Teman Sejati

Oleh A Ilyas Ismail


Alkisah, Sudrun dikenal sebagai orang terkaya di sebuah negeri. Suatu hari, mendadak ia sakit dan sekarat. Ia lantas memanggil satu per satu dari keempat istrinya. Dimulai dari istri keempat, istri termuda yang paling cantik dan paling dicintainya.

Pak Sudrun minta sang istri agar bisa mati bersama-sama, sebagai bukti cintanya dengan suami sehidup-semati, sebagaimana yang telah diikrarkan bersama. Tapi, sang istri menolak dan menyatakan hanya bisa menemani suaminya selagi ia sehat. Sudrun pun kecewa.

Ia lantas memanggil istrinya yang ketiga. Permintaan yang sama diajukan. Hasilnya, istrinya juga menolak. Sudrun kemudian memanggil istri kedua dengan permintaan yang sama. Sang istri menyatakan siap menemani Pak Sudrun, tetapi hanya sampai di pemakaman saja.

Terakhir, Sudrun memanggil istrinya yang pertama. Istri yang banyak disia-siakan dan ditelantarkannya karena sibuk dengan istri-istrinya yang lain. Di luar dugaan, istri pertamanya menyatakan kesediaannya menemani sang suami, dari dunia hingga akhirat.

Kisah ini hanyalah sebuah metafora, tetapi penting untuk direnungkan. Istri keempat adalah simbol dari dunia. Dunia sangat menawan dan menarik hati bagi kebanyakan manusia. Tapi jangan lupa, ia memiliki watak menipu dan mengecewakan.

Istri ketiga adalah simbol dari jasad (badan kasar). Ia bersama kita selama roh (hayat) masih dikandung badan. Istri kedua adalah simbol dari harta dan kekayaan yang kita miliki. Ia tak bisa dibawa mati. Istri pertama adalah simbol dari kebaikan dan amal saleh kita. Dialah teman sejati kita, sehidup-semati, baik di kala suka maupun duka.

Dalam hadis sahih diterangkan bahwa setiap jenazah diantar ke pemakaman, maka hanya tiga perkara yang ikut serta bersamanya. Dua perkara kembali lagi, yaitu keluarga dan hartanya, sedangkan yang satu lagi tetap bertahan bersamanya.

Para sahabat bertanya kepada Rasul, "Wa ma al-wahid, ya Rasulallah?" (Apakah gerangan yang satu itu, wahai Utusan Allah?) Rasulullah menjawab, "Itulah amal saleh." (HR Bukhari dan Muslim dari Anas Ibn Malik).

Karena itu, teman sejati pada hakikatnya bukanlah suami, istri, anak, atau siapapun. Teman sejati, tak lain, adalah kebaikan dan amal saleh yang dilakukan secara tulus karena Allah. Inilah sesungguhnya makna firman Allah: "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS al-Kahfi [18]: 110). Wallahu a`lam.

Tidak ada komentar:

Al Quran On Line