Oleh Nurjaman
Eksistensi umat Islam laksana ikatan sapu lidi. Apabila terlepas satu atau beberapa batangnya, maka ikatannya akan longgar. Ia mudah dipatahkan dan dicerai-beraikan. Umat Islam harus satu visi dan misi supaya tercipta kekuatan yang mahadahsyat. Karena itu, diperlukan kesalehan antarpersonal dengan Tuhannya, dan kesalehan di antara individu itu sendiri.
"Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Alquran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, Dialah sebaik-baik pelindung dan Sebaik-baik penolong." (QS al-Hajj [22]: 78).
Ayat ini menekankan setiap Muslim untuk membangun kesalehan diri dan kesalehan sosial secara linier dan berkesinambungan. Tujuannya, agar senantiasa umat Islam berada dalam kemenangan, sebagaimana yang tecermin dalam rukuk dan sujud sebagai bentuk pengabdian tertinggi kepada Allah SWT.
Sedangkan maksud "tunaikanlah zakat" adalah supaya manusia bisa saling merasakan kekurangan yang dialami sesamanya, dan itu merupakan cermin kesalehan sosial.
Di antara keduanya, mana yang harus didahulukan? Pohon tumbuh karena ada akar terlebih dahulu. Sebelum berdiri tegak sebuah pohon, akar menancap dulu di bawah tanah. Ini berarti, sebelum kesalehan sosial terbentuk, maka tiap-tiap insan harus terlebih dahulu memperkuat kesalehan personalnya. Misalnya, dalam perintah shalat, tujuannya adalah menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Sudah semestinya, orang yang mendirikan shalat, akan mencerminkan dirinya sebagai seorang yang saleh, atau saleh diri. Kesalehan diri ini akan berimplikasi pada
kesalehan sosial (tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain).
"Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS Al-Ankabut [29]: 45).
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa ada seorang wanita yang sangat terjaga kesalehan personalnya, namun ia masuk dalam neraka. Hal ini disebabkan oleh kesalehan personal (dirinya) tidak dibarengi dengan kesalehan sosial.
Artinya, seorang Mukmin tidak cukup hanya mendirikan shalat, mereka juga harus membayar zakat, bersedekah, berinfak, membantu orang yang kekurangan, dan perbuatan sosial lainnya. Inilah integrasi antara kesalehan ritual (diri) dengan kesalehan sosial. Dengan konsep ini, niscaya akan terbentuk sebuah komunitas Muslim yang rahmatan lil'alamin. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar