Oleh Sri Lestari
Biasanya manusia baru bisa merasakan suatu kenikmatan bila kenikmatan itu hilang dari dirinya. Kita bisa merasakan nikmatnya kesehatan ketika sakit. Begitu berharganya segelas air putih bila kita di daerah gurun pasir, dan tersesat di dalamnya.Penghargaan terhadap tubuh yang dikaruniakan Allah SWT lebih terasa bila salah satu anggota tubuh kita melemah fungsinya. Bila penglihatan mata mulai kabur, barulah kita tersadar lalai merawatnya.
Kita seakan tersadar dari tidur panjang yang melalaikan. Semua hal dalam kehidupan ini dalam sekejap menjadi begitu berarti, bahkan hal yang dulunya begitu dibenci, menjadi begitu kita cintai.Rasulullah SAW sudah mengingatkannya, ''Ingatlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara. Muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin, hidup sebelum mati. (Al Hadis).
Peringatan Rasulullah itu amatlah jelas dan bisa kita rasakan kebenarannya. Tapi, ada nikmat yang boleh dikatakan lebih tinggi dari yang telah disebutkan di atas, tapi banyak manusia tidak merasa kehilangan bila ia tidak ada pada diri kita, yaitu nikmat iman.
Allah SWT berfirman, ''Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, 'Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.'' (QS Alhujuraat [49]: 17).
Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya kemungkaran di sekitar kita. Bukankah telah hilang keimanan seseorang pada saat orang itu berbuat kemungkaran? Tidak mungkin seseorang dalam keadaan beriman bila tanpa rasa takut melakukan korupsi, mencuri, berdusta, berzina, dan sederet akhlak yang bertentangan dengan agama.
Banyak orang merasa cukup hanya berislam, padahal kedudukan iman lebih tinggi dari itu. Menurut Imam Nawawi, Islam adalah ungkapan pelaksanaan kewajiban, yaitu kepatuhan terhadap amalan lahir. Sedangkan iman adalah ungkapan pembenaran kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.
Allah SWT membedakan iman dan Islam sebagaimana terdapat dalam surah Alhujuraat [49] ayat 14. ''Orang-orang Arab Badui itu berkata, 'Kami telah beriman. Katakanlah [kepada mereka]; 'Kalian belumlah beriman, tetapi katakanlah: 'Kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.''
Minggu, 24 Mei 2009
Nikmat yang Terabaikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar